Feri, Kendali Utama di Indonesia Timur

Written By bopuluh on Kamis, 03 Oktober 2013 | 23.42

MATARAM, KOMPAS — Dari Kuta, Bali, kami melanjutkan perjalanan menuju Sumbawa Besar, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Kamis (3/10/2013). Tim Ekspedisi Sabang-Merauke: Kota dan Jejak Peradaban harian Kompas melaju ke Pelabuhan Padang Bai, Karangasem, untuk menyeberang ke Pelabuhan Lembar, Lombok.

Kami sungguh beruntung. Feri Muryati yang telah berisi truk barang, mobil penumpang, dan penumpang siap berangkat di dermaga 2. Petugas menutup palka kapal begitu dua mobil kami bersama tiga mobil penumpang lainnya masuk. Peluit kapal dibunyikan yang menandakan kapal siap berlayar.

Feri penyeberangan ibarat jantung bagi distribusi barang dan orang di kawasan timur Indonesia. Tanpa pelayanan PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) dan operator swasta seperti PT Pewete Bahtera Kencana dan PT Dharma Lautan di bawah kendali Direktorat Jenderal Perhubungan Darat, Kementerian Perhubungan, tentu mobilitas rakyat terhambat.

Dari Banyuwangi, Jawa Timur, ke Flores, Nusa Tenggara Timur, kita harus empat kali menyeberangi lautan. Mulai Pelabuhan Ketapang (Jatim)-Gilimanuk (Bali), lalu Padangbai (Bali)- Lembar (Lombok/NTB), Kayangan (Lombok/NTB)-Pototano (Sumbawa/NTB), dan Sape (Sumbawa/NTB)-Labuan Bajo (Flores/NTT). Jalur penyeberangan terdekat adalah Ketapang-Gilimanuk, sekitar 45 menit. Adapun jalur terpanjang yakni Sape-Labuan Bajo yang membutuhkan waktu sedikitnya 7 jam.

Penduduk di Pulau Flores, NTT, sangat bergantung pada pelayaran Labuan Bajo dan Sape yang menjadi jalur utama suplai kebutuhan pokok dari NTB. Kekhawatiran kami tidak kebagian tempat di kapal pupus karena ASDP kini melayani penyeberangan Sape-Labuan Bajo pukul 09.00 dan 16.00 setiap hari.

Memang, bagi penumpang yang tak biasa menumpang kapal laut, ayunan kapal yang ritmis mudah menyebabkan pusing dan mabuk laut. Dari Padang Bai ke Lembar, kami berlayar bersama 70 penumpang lain. Kapal berkapasitas 500 penumpang ini pun terasa sepi. Hiburan karaoke dangdut koplo yang disetel dengan volume penuh menemani perjalanan kami.

Sebagian penumpang memanfaatkan waktu 4 jam pelayaran untuk beristirahat dengan menyewa kasur seharga Rp 35.000. Ada juga yang tidur di sofa atau menonton film dari dua televisi plasma ukuran 42 inci.

"Kalau sudah mulai pusing, kami jalan-jalan keliling kapal atau tidur sekalian," kata Ngakan Putu Megantara (27), warga Bali yang hendak berlibur ke Lombok bersama dua rekannya.

Sebelum gelap, Putu mengajak kami menuju anjungan kapal untuk menikmati sore. Sayangnya, mendung menutupi matahari sehingga rona jingga sore yang kami tunggu tak muncul.(mhf/bay/otw/ham)

Editor : I Made Asdhiana


Anda sedang membaca artikel tentang

Feri, Kendali Utama di Indonesia Timur

Dengan url

http://seepersonality.blogspot.com/2013/10/feri-kendali-utama-di-indonesia-timur.html

Anda boleh menyebar luaskannya atau mengcopy paste-nya

Feri, Kendali Utama di Indonesia Timur

namun jangan lupa untuk meletakkan link

Feri, Kendali Utama di Indonesia Timur

sebagai sumbernya

0 komentar:

Posting Komentar

techieblogger.com Techie Blogger Techie Blogger